Penumpang, barang, dan Kendaraan Bermotor

Kapal laut rute Merak-Bakauheni, adalah alat Transportasi satu-satunya menuju berbagai kota di pulau Sumatera, jika menggunakan kendaraan pribadi. Tak hanya itu, mobil bus, dan truk barang pun menggunakan jasa penyebrangan itu. Bagi penumpang yang tidak membawa kendaraan, kapal jenis Ro-ro (Roll on roll off) juga menjadi pilihan utama, untuk melintasi Selat Sunda, pemisah pulau Jawa dan Sumatera.



Pagi itu sekira pukul 10.00 WIB, Minggu (25/5) lalu, aktivitas pelabuhan Merak terlihat ramai. KM Royal Nusantara yang datang dari Bakauheni (Lampung) dengan gagahnya bersandar di dermaga II, untuk menyambut penumpang dari pulau Jawa yang ingin menyebrang. Tidak lama bongkar muat, ABK kapal itu langsung mengintruksi ABK yang lain untuk mempersilahkan para penumpang dan berbagai kendaraan beroda dua maupun empat yang telah menunggu lama untuk menaiki kapal menuju gerbang pulau Sumatera, yaitu Bakauheni.

Sebelum kapal berlayar, penumpang yang telah duduk manis di kabin kapal, dihibur oleh atraksi anak koin yang tanpa segan-segan terjun bebas ke laut dari deck teratas kapal. Setelah berada di air, anak koin memanggil-manggil penumpang untuk melempar uang. “Woii…lemparin uang koin dong! untuk kita makan , kalo nggak uang kertas juga boleh. Hand phone juga diterima,” ucap gerombolan anak koin yang berada di air. Spontan saja penumpang melempar apa yang mereka minta. Rupanya sebagian besar penumpang yang berada di kabin penumpang ekonomi terhibur atraksi anak koin yang menyelam mengejar uang lemparan lalu timbul lagi ke permukaan.
Setelah setengah jam menunggu, sekitar pukul 10.30 WIB kapal siap untuk berlayar, sirine kapal yang keras bertautan sebanyak 3 kali dibunyikan, menandakan kapal segera berlayar mengarungi selat sunda menuju pelabuhan Bakauheni Lampung. Setiap harinya kapal-kapal di pelabuhan Merak selalu dipadati oleh penumpang yang akan menyebrangi selat sunda, bahkan data berdasarkan ASDP Merak jumlah penumpang setiap harinya selama bulan Mei mencapai 10 ribu orang lebih dengan jumlah kapal yang beroperasi 24 unit.

Dipadati Penumpang
Dengan banyaknya kapasitas di kapal laut membuat transportasi yang satu ini selalu dipadati penumpang, belum lagi kendaraan-kendaraan seperti bus lintas Sumatera, truk-truk pengangkut barang, mobil pribadi, hingga sepeda motor tumplek menjadi satu di dalam deck kendaraan. Untuk penumpang sendiri biasanya bertempat di deck penumpang yang berada di atas deck kendaraan. Tempat untuk penumpang pun dibagi lagi, ada yang kelas ekonomi 1, 2 dan seterusnya. Tapi, bagi penumpang yang ingin menikmati kenyamanan lebih bisa menempati kelas bisnis dengan hanya mengeluarkan kocek yang bervariasi mulai dari 4 ribu, 6 ribu, dan 8 ribu rupiah. “Saya lebih nyaman di kelas ekonomi, karena tidak perlu ngeluarin uang lagi, karena saya bersama keluarga,” ungkap Bisli salah satu penumpang dari Surabaya yang akan menuju Palembang.
Bahkan salah satu penumpang, ada yang bilang lebih nyaman di kelas ekonomi yang terdapat pada koridor kanan maupun kiri kapal, karena dapat menikmati pemandangan laut dengan bebas. Selain itu, penumpang ekonomi juga kerap menempati haluan atau buritan kapal, walau tidak terdapat kursi alias ngampar di lantai kapal. “Disini (haluan-red) lebih enak, karena dapat menikmati angin laut yang sejuk,” ungkapnya.
Sesak memang menempati kelas ekonomi. Sudah kursi yang disediakan terbatas, bila terkena hujan pastiu akan kecipratan. Kondisinya juga kotor, ditambah lagi aroma bahan baker bercampur bau karat besi dari badan kapal yang menyengat. Tapi para penumpang terlihat begitu menikmati perjalanan. Ada yang duduk-duduk sambil makan bersama keluarga, konsentrasi memandangi laut, menonton acara musik yang disajikan tivi yang disediakan, bahkan seorang lelaki tua asik menghisap rokoknya, serasa tidak mau diganggu..
Kondisi di kelas ekonomi berbeda dengan kelas bisnis. Kendati di kelas bisnis suasananya nyaman, tapi penumpang terlihat lebih banyak beristirahat dan tidur di ruang ini. Di kelas ini penumpang dimanjakan dengan AC yang sejuk, kursi empuk, dan sofa yang mirip bar yang kerap digunakan penumpang yang datang berkeluarga. Belum lagi penumpang juga disuguhi dengan tivi 21 inch. Toiletnya pun lebih baik ketimbang kelas ekonomi yang akrab dengan aroma pesing. “Enakan di kelas bisnis, cuma nambah 4 ribu dapat pelayanan yang nyaman,” kata Daida (46) penumpang asal Jakarta yang hendak menuju Lampung beserta keluarganya.
Selain mendapat pelayanan yang nyaman, alasan keamanan juga jadi pertimbangan Daida. Maklum di sarana transportasi ini terkenal dengan tidak keamanannya. “Di kapal kan banyak penjambret yang berkeliaran, daripada kenapa-kenapa, lebih baik di kelas bisnis yang terjamin keamanannya,” tambahnya.


Mengais Rezeki
Banyak juga orang yang menggantungkan hidupnya untuk mencari nafkah di kapal, ada yang menjadi ABK, hingga berjualan aneka makanan. Penjual gorengan dan penjual jamu juga menyesaki deck-deck kapal. Sekilas diamati, diatas kapal memang seperti pasar yang sumpek.
Di kios-kios yang menjajakan aneka makanan, dijual dengan harga yang cukup mahal. semisal, sebungkus rokok yang biasanya berharga normal 9 ribu rupiah, di kapal bisa dijual seharga 15 ribu rupiah. “Saya jualan disini baru empat bulan, dan menjual berbagai jajanan. Yang paling laku biasanya kopi dan mie instant seduh,” papar salah satu penjual Asmi (35).
Walau begitu, penumpang yang membeli jajanan tetap ramai. Mungkin mereka terpaksa mengeluarkan kocek yang tidak normal. Namun apa mau dikata, daripada lapar diatas kapal lebih baik mengorbankan sedikit uang, yang penting perut terisi. “Ya mau gimana lagi, Lha wong saya lapar. Akhirnya saya beli juga, walau harganya 2 kali lipat dari harga biasa. Apalagi saya nggak bawa bekal makanan,” ungkap salah satu penumpang tujuan Jambi.
Berbagai pengalaman pernah dirasakan Jeni selama menjadi ABK, bahkan ketika terjadi kecelakaan kapal Levina I di perairan Jakarta dan KMP Lampung di Merak ia bersama ABK lainnya mendapat simulasi apabila terjadi kecelkaan kapal dilaut. Bahkan kapal yang kini menjadi tempatnya bekerja sempat tidak berlayar selama enam bulan lantaran untuk di benahi segala sesuatunya, mulai dari perlengkapan seperti sekoci kapal, lantai kapal yang sudah berkarat dan fasilitas untuk keselamatan lainnya. (*)